Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebagai organisasi profesi yang menghimpun para dokter di Indonesia, memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga kualitas layanan medis, serta menjamin praktik medis yang etis dan aman bagi masyarakat. Dalam era teknologi yang semakin maju, salah satu isu yang muncul adalah transhumanisme medis, yaitu penerapan teknologi untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental manusia melebihi kondisi alami mereka. Era ini mengarah pada konsep „post-manusia,“ di mana manusia tidak hanya mempertahankan kehidupan mereka melalui perawatan medis tradisional, tetapi juga dengan bantuan teknologi yang memungkinkan mereka untuk menjadi lebih dari sekadar manusia biasa.
Transhumanisme medis membuka berbagai potensi besar, seperti penyembuhan penyakit genetik, peningkatan kecerdasan, atau bahkan memperpanjang umur manusia. Namun, penerapan teknologi semacam itu memunculkan tantangan etis yang kompleks, yang menjadi perhatian utama bagi organisasi seperti IDI. Salah satu isu pertama yang perlu dipertimbangkan adalah keseimbangan antara manfaat medis dan potensi risikonya. Sebagai contoh, penggunaan teknologi untuk meningkatkan kemampuan otak manusia dapat mengarah pada kesenjangan sosial baru, di mana hanya sebagian orang yang mampu mengakses teknologi ini, sementara yang lain tertinggal.
Di sisi lain, transhumanisme medis juga dapat menimbulkan dilema mengenai siapa yang berhak untuk menentukan batasan-batasan apa yang sah untuk dilakukan terhadap tubuh manusia. Misalnya, jika teknologi dapat meningkatkan kecerdasan atau kemampuan fisik seseorang, apakah itu berarti semua orang harus menerima atau mengejar perubahan seperti itu, ataukah ada batasan moral yang harus dipegang teguh?
IDI, sebagai organisasi profesi yang terlibat dalam penentuan standar medis di Indonesia, memiliki peran penting dalam menyusun pedoman etis terkait penerapan transhumanisme medis. Hal ini mencakup pembuatan regulasi yang tidak hanya mengutamakan kemajuan teknologi, tetapi juga mempertimbangkan dampaknya terhadap keadilan sosial, keutuhan manusia, dan hak individu. Dengan demikian, IDI perlu terus mengembangkan pemahaman mengenai teknologi ini dan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk memastikan bahwa kemajuan dalam dunia medis tetap berlandaskan pada prinsip-prinsip etika yang luhur.
Dalam menghadapi tantangan ini, IDI harus memimpin diskusi tentang batasan-batasan etis dan hukum dalam penerapan teknologi medis transhumanistik. Pendekatan yang bijak dan hati-hati sangat penting agar teknologi dapat memberikan manfaat yang maksimal tanpa merusak nilai-nilai kemanusiaan yang sudah lama dijaga.